|
Ditulis oleh Ari | |
Senin, 02 Februari 2009 | |
Konsep restoran 'all you can eat' atau buffet dengan hanya membayar harga tertentu, mungkin sudah biasa dimana mana. Tapi resto yang satu ini unik, karena berani mengambil resiko merugi. Deewan Resturant, sebuah resto masakan Pakistan di Wina menawarkan konsep 'makan sepuas Anda, bayar semau Anda'. Bayangkan, Anda makan banyak, tapi hanya bayar sedikit. Wah, apa jadinya restoran seperti itu? Namun ternyata nasib Deewan tak sejalan dengan logika prinsip ekonomi untuk memaksimalkan keuntungan. Buktinya, dari tahun ke tahun, Deewan terus beroperasi. Para pelanggannya pun datang, makan, dan membayar dengan harga lebih dari yang diharapkan. Berlokasi di Schottentor, resto ini pun menjadi favorit para mahasiswa yang berkuliah di daerah tersebut. Tentu saja, untuk ukuran mahasiswa yang tak mempunyai banyak bujet jajan diluar, resto ini memang menjadi pilihan utama. Tapi diluar mahasiswa, resto ini bahkan menjadi tempat kuliner favorit turis dan *backpacker* . Didirikan oleh seorang lulusan filsafat, Natalie Deewan, konsep resto ini terinspirasi akan nilai nilai kedermawanan manusia baik dari sisi pemberi maupun penerima. "Pada minggu-minggu awal kami tak yakin, tapi ternyata pelanggan makin antusias, dan membayar banyak", ujar Natalie. Lalu berapakah 'fair fare' yang masuk akal jika makan di sini? Jika melihat menunya, memang Deewan tak terlalu banyak menyediakan macam-macam masakan. Di meja buffenya, hanya ada 2 pilihan makanan utama. Pertama, kelompok makanan kari dari bahan ayam, kambing hingga lembu dan kedua, makanan vegetarian saja serupa kebab sandwich. Diluar buffet utama, disediakan makanan pencuci mulut bernama Halla, yaitu sejenis nasi manis yang diolah menggunakan susu dan minyak. Selain itu, Deewan juga menyuguhkan nasi dan juga kentang. Sementara, untuk minum, Deewan telah mematok harga tersendiri. "Saya membayar 5 Euro untuk ini semua", ujar Khan, salah satu pelanggan keturunan Pakistan yang telah beberapa kali datang di Deewan. Tak hanya warga keturunan Pakistan yang menjadi pelanggan di Deewan, tampak para bule dan orang Asia juga duduk ikut menikmati kuliner Pakistan. Bagaimana dengan rasa dan kualitas? "Untuk konsep seperti ini (pay as you wish), rasa menjadi nomer dua, yang penting rasa lapar teratasi", kelakar Lena Weiss salah satu warga Austria yang datang ke Deewan jika tak memasak. Pernahkan Deewan pernah mengalami krisis keuangan selama menjalankan usaha semacam ini? "Belum, terus terang selama ini para pelanggan cukup tahu diri dengan banyaknya yang mereka makan," sindir salah satu staff Deewan yang tak mau disebut namanya. Mungkinkah konsep resto seperti ini ada di Jakarta?* (sal/mad)* |
No comments:
Post a Comment